Praktik Penyuluhan Kesehatan dan Swamedikasi Penyakit Saraf


Migrain (penyuluhan)

Migrain adalah penyakit neurologis kronis yang ditandai dengan serangan sakit kepada

berdenyut secara berulang dengan intensitas sedang hingga berat. Dapat disebabkan oleh

emosi atau stress, genetik, dan penyakit lain. Gejala migrain dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Migrain dengan aura. Gejalanya berupa aura visual (gangguan penglihatan seperti kilatan

cahaya), aura sensorik (sensasi seperti ditusuk), dan aura bicara (gangguan bicara). Gejala

ini berlangsung selama 5-60 menit dengan atau tanpa nyeri kepala

b. Migrain tanpa aura. Gejalanya berupa sakit kepala sebelah yang bertahan selama 4-72 jam,

memberat saat beraktivitas, dan disertai mual, muntah, atau fotosensitivitas

Migrain dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisik dan saraf, ct scan, dan pemeriksaan lab. Saat

sakit kepala terjadi secara tiba-tba, belum pernah dialami sebelumnya dan semakin parah, tidak

membaik dengan pemberian obat seperti paracetamol dan ibuprofen, disertai demam,

kekakuan leher, dan gangguan penglihatan, maka pasien dianjurkan untuk periksa ke dokter.

Terapi farmakologinya:

1. Akut non spesifik: analgesik seperti PCT 500-1000 mg tiap 6-8 jam dan NSAID meliputi

aspirin 500-1000 tiap 4-6 jam, ibuprofen 400-800 mg per 6 jam, dan Na diklofenak 50-

100 mg per hari

2. Akut spesifik, yaitu obat-obatan yang diberikan jika gejala tidak membaik dengan

analgesik atau NSAID: sumatriptan tablet 50-100 mg per 2 jam, injeksi dihidroergotamin

0,25-1 mg per jam, dan ergotamin tablet dengan kafein dosis 2 mg

3. Profilaksis: beta blocker (propanolol 80-240 mg, timolol 10-15 mg, metoprolol 45-200

mg), antiepilepsi (topiramat 25-200 mg, asam valproat 400-1000 mg), antidepresan

(amitriptilin 10-75 mg), dan NSAID (ibuprofen 100 mg)

4. Antiemetik untuk mual muntah: metoklopramid 10 mg dan domperidon 10 mg

Terap non obat:

1. Latihan relaksasi otot progresif dan meditasi

2. Biofeedback untuk pemantauan psikologis terkait nyeri

3. Terapi perilaku kognitif berupa pengendalian stresCara mencegah:

1. Gaya hidup sehat: pola tidur, olahraga, pola makan

2. Menghindari makanan minuman pemicu migrain seperti cokelat, keju, makanan

berlemak, alkohol

3. Menghindari pemicu migrain seperti stres dan kurang istirahat

4. Menghindari menatap layar ponsel terlalu lama

Karakteristik atau ciri spesifik migrain adalah nyeri kepala hanya pada salah satu sisi kepala.

Gejala migrain yang perlu diwaspadai seperti munculnya demam, kekakuan leher, dan

gangguan penglihatan. Terapi profilaksis diberikan ketika serangan nyeri lebih dari 4x sebulan

atau lebih dari 8 hari, nyeri terasa mengganggu, dan merupakan efek samping dari obat-obatan


Low Back Pain

Pasien mengeluh pegal dan nyeri di punggung bagian bawah (low back pain), nyeri seperti

ditusuk saat terlalu lama duduk dan bisa terasa sampai kaki. Gejala tersebut mungkin

disebabkan karena kelelahan yang membebani anggota tubuh sehingga menyebabkan nyeri

dan pegal. Gejala ini sering kambuh ketika pasien terlalu lama duduk karena pekerjaannya.

Untuk mengatasi gejala ini Ibuprofen 200 mg diminum 3x1 saat pagi, siang, dan malam setelah

makan saat nyeri saja. Jika nyeri tidak membaik 30-60 menit setelah minum obat, pasien

disarankan untuk periksa ke dokter. Ibuprofen dapat menimbulkan efek samping berupa mual,

muntah, dan asam lambung naik, tetapi efek samping ini tidak terjadi pada semua orang. Pasien

juga disarankan untuk menghindari aktivitas yang berlebihan, melakukan yoga, kompres bagian

yang nyeri dengan air hangat, menjaga postur tubuh yang baik seperti punggung tegak dan

disandarkan pada kursi saat duduk, dan menghindari stres.

Ibuprofen yang diberikan melalui swamedikasi hanya satu strip. Jumlah obat yang diberikan

mengacu pada tingkat keparahan kondisi pasien. Pasien mengalami low back pain tipe akut

sehingga diberi 10 tablet yang disertai dengan pemantauan nyeri atau perbaikan gejala selama

pengobatan. Pasien juga dapat diberi NSAID lain seperti natrium diklofenak 50 mg 3x1. Golongan analgesik

juga bisa diberikan tetapi efektivitasnya lebih rendah daripada NSAID. Obat lain yang dapat

diberikan yaitu golongan sekletal muscle relaxant seperti siklobenzapin 10 mg 3x1 tapi bisa menyebabkan sedasi, pusing, kecanduan.

Berdasarkan tingkat keparahan atau lama penyakit, low back pain dapat dibedakan menjadi akut

(kurang dari 2 minggu), sub akut (4-12 minggu), kronis (lebih dari 12 minggu).

Faktor risiko low back pain pada pasien yaitu mengangkat beban berat, kurang olahraga, dan

obesitas sehingga pasien dapat disarankan untuk melakukan aktivitas fisik di sela-sela

pekerjaannya (tidak terlalu lama duduk) seperti peregangan otot


Stroke

Pasien mengeluh kaki dan tangannya lemas, tidak bisa berdiri terlalu lama, dan cencerung jatuh

jika berdiri lama, gejala sudah berlangsung sekitar enam bulan. Setelah melakukan

pemeriksaan, ternyata kadar kolesterol pasien tinggi. Pasien juga memiliki riwayat stroke ringan,

jalannya sedikit menyeret, dan bicaranya tidak jelas. Pasien suka makan makanan berlemak

dan tidak menjaga pola makan. Pasien diberi obat Opivask (amlodipin) 5 mg sebagai antihipertensi diminum

sekali sehari pada pagi hari 30 menit setelah makan, Proxime (Acetylsalicylic acid 100 mg dan Glycine 45 mg) 100 mg untuk mencegah

kekambuhan stroke diminumn 1 kali sehari 30 menit setelah makan, Simbado 10 mg sebagai

antikolesterol diminum 1 kali sehari pada malam hari sebelum tidur ( maksimal jam 8 malam) , dan Neurodex sebagai multivitamin diminum 1 kali sehari 30 menit

sebelum makan. Efek samping dari obat-obatan ini berupa rasa tidak nyaman di perut, nyeri

otot, dan konstipasi, tetapi tidak selalu muncul. Apabila gejala efek samping muncul dan

memburuk, maka pasien disarankan untuk periksa ke dokter. Pasien juga disarankan untuk

memperbanyak sayur, buah, dan kacang-kacangan, banyak minum air putih, menghindari

makanan berlemak, seafood, dan soft drink, rutin melakukan aktivitas fisik selama 30 menit 2-3x

seminggu, menghindari pemicu stres, dan banyak istirahat.

Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah dan profil lipid secara rutin dalam jangka waktu

singkat. Simvastatin memiliki interaksi dengan amlodipin sehingga jadwal minum obatnya dijeda

dan dimulai dengan dosis rendah. Karena obatnya cukup banyak, untuk memudahkan pasien

mungkin bisa dibuatkan jadwal minum obat yang lengkap dengan jamnya dan diberi bel atau

pengingat. Simvastatin tidak harus diminum berdekatan dengan jadwal makan malam.

Kelemasan kaki dan tangan pasien menandakan kekambuhan stroke, bukan karena kolesterol

pasien yang tinggi. Sehingga pasien juga perlu dimonitor ketat terkait kekambuhan strokenya.


Alzheimer (penyuluuhan)

Alzheimer adalah penyakit pemicu terjadinya demensia yang menyerang sistem saraf di otak.

Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik

dan perubahan protein di otak. Penyakit ini ditandai dengan penurunan memori, bahasa,

pemecahan masalah, dan keterampilan kognitif lain. Gejala awal azheimer berupa penurunan

daya ingat, kebingungan, kesulitan melakukan tugas yang lazim dan aktivitas sehari-hari,

perubahan kepribadian dan perilaku, ketidakmampuan mengikuti petunjuk, ada masalah dengan

bahasa dan komunikasi, memburuknya kemampuan visual dan spasial, kehilangan motivasi,

serta pola tidur tidak normal. Faktor risiko alzheimer yaitu usia (lebih dari 65 tahun), riwayat

keluarga, genetik, serta penurunan kapasitas cadangan otak, cedera kepala, depresi, gangguan

kognitif, dan penyakit vaskular.

Berdasarkan gejala atau tingkat keparahannya, alzheimer dapat dibedakan menjadi tiga

stadium. Stadium 1 ketika daya ingat sedikit terganggu, tidak dapat mengorientasikan diri

sendiri, susunan kata yang buruk, sulit berbicara, acuh, dan kadang marah. Stadium 2 ketika

sulit mengingat hal baru/masa lalu, bicara tidak jelas, acuh, dan mudah marah. Stadium 3 yaitu

ketika hanya dapat tidur dan mengingat masa lalu. Pemeriksaan untuk mendiagnosis alzheimer

meliputi neuropatologi, CT scan, EEG, tes lab, dan tes neuropsikologis. Terapi farmakologi

alzheimer meliputi terapi gejala kognitif dan non kognitif.

Terapi kognitif:

1. Donepezil 5 mg/hari saat sore

2. Rivastigmine 1,5 mg 2x/hari

3. Galantamine 4 mg 2x/hari

4. Memantine 5 mg/hari

Terapi non kognitif:

1. Antipsikotik: aripiprazole 10-15 mg, olanzapine 2,5 mg

2. Antidepresan: ciatlopram 10 mg, escitalopram 5 mg

3. Antikonvulsan: karbamazepin 100 mg, asam valproat 125 mgSedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik, stimulasi mental,

sosialisasi, rekreasi, terapi musik, latihan memori, tidak minum alkohol dan merokok, suplemen,

melatih melakukan aktivitas secara mandiri, dan reminiscence therapy.

Alzheimer tidak dapat disembuhkan, pengobatan terhadap alzheimer dilakukan untuk mencegah

progresivitas penyakit. Penyakit degeneratif seperti diabetes, aterosklerosis dapat menyebabkan

alzheimer melalui pengaruhnya terhadap gangguan pada sistem saraf. Diabetes yang sudah

terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Plak aterosklerosis dapat

menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah ke otak juga berkurang

dan dapat menyebabkan kerusakan neuron di otak.

Donepezil, rivastigmine, dan galantamine diberikan ketika pasien mengalami gejala ringan.

Pasien dengan gejala sedang hingga berat dapat ditambah obat memantine.


Gingivitis

Pasien mengalami pembengkakan gusi, demam, dan sakit atau nyeri saat mengunyah.

Gejalanya tidak membaik walaupun sudah minum paracetamol. Pasien diketahui sering makan

coklat, minum kopi dan teh, dan jarang menggosok gigi. Kebiasaan ini menyebabkan timbulnya

plak yang melekat pada permukaan gigi dan mengandung koloni bakteri sehingga menyebabkan

pembengkakan. Pembengkakan ini berupa kantong berisi bakteri dan nanan yang disebabkan

oleh kerusakan pada jaringan penyangga gigi, disebut givingitis. Saran terapi farmakologi yang

diberikan kepada pasien untuk mengatasi gejalanya yaitu ibuprofen dan betadine obat kumur.

Ibuprofen berfungsi untuk mengatasi bengkak dan demam, diminum 3x/hari setelah makan. Efek

sampingnya mual, muntah, pusing, dan diare, tetapi tidak selalu muncul. Obat ini dapat

dihentikan ketika demam atau bengkaknya sudah hilang. Sedangkan obat kumur betadine ini

digunakan untuk membersihkan mulut dan mencegah infeksi. Cara pakainya yaitu digunakan

setelah gosok gigi, tidak perlu ditambah air, dah tidak ditelan. Apabila obat-obatan ini tidak

mengurangi gejala, maka paisen disarankan untuk periksa ke dokter gigi. Selain obat, pasien

juga disarankan untuk lebih rajin gosok gigi, melakukan flossing/scaling gigi, mengurangi makan

makanan yang terlalu manis atau tinggi kadar gula.

Givingitis merupakan pembengkakan gusi tahap awal yang jika tidak diatasi dapat menyebabkan

periodontitis (terjadi perdarahan). Pasien mengalami givingitis derajat ringan karena tidak

mengalami perdarahan. Pasien diberikan ibuprofen sebagai analgesik antiinflamasi untuk

mengatasi pembengkakan. Sebenarnya, pasien perlu diberi antibiotik juga, tetapi karena

antibiotik tidak dapat diberikan melalui swamedikasi, maka pasien disarankan untuk konsultasi

ke dokter. Pasien sebaiknya diberi obat kumur clorhexidine seperti minosep daripada betadine

karena clorhexidine merupakan obat lini pertama spesifik untuk givingitis. Minosep digunakan

setelah gosok gigi 2x sehari, pagi dan malam.


Vertigo

Dari hasil asesmen diketahui nama pasien adalah Ibu Ina (48 tahun / 160cm / 46kg); 2 hari terakhir mengeluhkan pusing dengan sensasi berputar dalam ruangan. Ibu ina juga merasa mual saat pusing tersebut melanda. Tetapi hari ini pusingnya menjadi tidak tertahankan padahal ibu ina sudah menggunakan parasetamol dan istirahat untuk meredakan gejalanya. Saat ini pasien sedang dalam pengobatan dengan Diazepam semenjak 3 bulan yang lalu karena anaknya meninggal. Suami pasien ingin membeli obat tersebut karena pernah mengalami kejadian serupa dan sembuh setelah mengkonsumsi obat tersebut.

Pasien mengalami pusing hebat yang tidak tertahankan. Sejak tiga bulan mengonsumsi diazepam

karena kehilangan anaknya tiga bulan lalu. Pasien memiliki gejala pusing serasa berputar dan

mual. Gejala tidak teratasi dengan parasetamol. Apoteker melakukan assessment mengenai

pengobatan yang sudah digunakan pasien. Apoteker tidak memberikan diazepam tanpa resep

dokter. Apoteker menyarankan pemberian dimenhidrinat untuk mengatasi pusing dan mual yang

dialami pasien. Obat bisa digunakan sebelum atau sesudah makan dan dikonsumsi empat kali

sehari. Memiliki efek samping mengantuk. Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk

mengurangi gejala yaitu melakukan aktivitas fisik ringan, mengurangi stres, tidak melakukan

aktivitas berat, ketika bangun bisa duduk terlebih dahulu agar tidak merasa pusing.

Tanggapan :

- Nyeri kepala yang dialami diberikan terapi parasetamol + dimenhidrinat. Cara pakai kedua

obat yaitu parasetamol 3 kali sehari (pagi, siang, malam) dan dimenhidrinat 4 kali sehari

(pagi, siang, sore, malam).

- Diazepam yang termasuk antianxietas dapat menyebabkan pasien mengalami gejala

vertigo berupa pusing.

- Terapi diberikan tambahan metampiron, vitamin B.

- Dapat dikonsultasi ke dokter mengenai penggunaan antanxietas yang lebih aman seperti

aprazolam, SSRI


Komentar

Postingan Populer